Mengapa Yogyakarta itu Istimewa? ~ Tips For Designers, Bloggers, Tech Users

Thanks For Visiting Us

Monday, May 9, 2011

Mengapa Yogyakarta itu Istimewa?

Belakangan ribut-ribut tentang keistimewaan Yogyakarta (juga disebut Yogya atau Jogja), banyak diberitakan. SBY yang selama ini berprinsip alon-alon asal klakson, kalau diterjemahkan secara sembarangan artinya biar lambat yang penting ribut (baca: kontroversi), menimbulkan perdebatan lagi. Bagi masyarakat Jogja, keistimewaan adalah mutlak. Sementara menurut SBY, seharusnya ndak ada keistimewaan dalam pemerintahan di Jogja. Saya ndak tau kenapa hal ini dipermasalahkan sekarang oleh SBY sehingga dia disebut sebagai orang yang lupa dengan sejarah. Tapi sebenarnya, anda tau ndak sih, apa istimewanya Jogja?

Untuk tau keistimewaan Jogja dalam kaitannya sebagai bagian dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), maupun dari segi politik, hukum, dll., anda lebih baik membacanya di blog atau halaman lain yang memiliki data atau sumber yang lebih akurat, bukan di sini. Apa yang akan saya tulis selanjutnya adalah keistimewaan Jogja di mata saya pribadi. Maka tentu saja penilaian istimewa di sini bersifat subyektif, berat sebelah, atau apalah namanya.

Jogja istimewa karena: Pertama, punya Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat. Kasultanan ini menganut agama Islam, tapi ndak serta merta meninggalkan adat dan tradisi yang telah berlangsung lama di sana sebelum berasimilasi dengan agama Islam. Menurut saya, hal itu ndak mengurangi keislaman Sri Sultan Hamengkubuwono, sebagai raja. Kedua, Jogja punya universitas negeri tertua di Indonesia, Universitas Gadjah Mada (UGM). Tua bukan berarti kuno, karena sampai sekarang UGM masih mampu bersaing dengan universitas lain di Indonesia. Ketiga, Jogja (dan Jawa Tengah) punya Gunung Merapi yang merupakan gunung berapi teraktif di dunia sekarang ini;

Keempat, Jogja memiliki sesuatu yang ndak terlihat, yaitu suasana yang selalu menarik perhatian saya dan mungkin hampir setiap orang yang pernah ke sana, untuk kembali pulang ke kota ini. Jogja memang ndak seramai Jakarta, ndak seheroik Surabaya, ndak juga seeksotik Bali, dsb. Jogja ndak sempurna, tapi dia punya suasana yang selalu saya rindukan. Kelima, Jogja itu baik. Makanya kata “yogya” sampai sekarang masih dipakai dalam bahasa persatuan kita untuk makna yang baik. “Seyogyanya”, masih lazim dipakai dengan makna yang sama dengan kata “sebaiknya”. Keduanya masih dipakai untuk sebuah penilaian yang baik.

Semoga, ribut-ribut keistimewaan Jogja ndak melebar ke mana-mana. Rakyat Jogja baru saja ditimpa musibah besar, jangan dulu pusingkan mereka dengan hal-hal semacam ini. Semoga SBY bisa menyelesaikan masalah ini dengan baik dan (lebih) cepat.

0 comments:

Post a Comment