Dua Puluh Tahun Lagi, Masih Adakah Becak di Indonesia? ~ Tips For Designers, Bloggers, Tech Users

Thanks For Visiting Us

Sunday, May 8, 2011

Dua Puluh Tahun Lagi, Masih Adakah Becak di Indonesia?

Mugi Becak Malioboro www.mugibecak.com
Ada yang masih ingat dengan kendaraan beroda tiga, yang bernama becak? Sekitar sepuluh atau dua puluh tahun mendatang, mungkin anak-anak masa kini sudah tidak mengenal becak lagi karena keberadaan becak telah digantikan dengan alat transportasi yang lebih modern. Bukan tidak mungkin, suatu hari nanti, kita hanya dapat melihat becak dalam ukuran mungil, menjadi hiasan dalam bentuk souvenir atau foto pada kartu pos. Di wilayah Jakarta dan sekitarnya, becak telah dilarang beroperasi sejak akhir dasawarsa tahun 1980-an.
Konon, asal nama becak berasal dari bahasa Hokkian, salah satu suku bangsa di China, dari kata be chia yang berarti kereta kuda. Becak adalah moda transportasi yang umum ditemukan di negara Indonesia dan negara Asia, seperti di China dan Vietnam. Sedangkan untuk Singapura, Malaysia dan Jepang, becak digunakan hanya untuk transportasi turis.
Beberapa waktu yang lalu, ketika saya mengunjungi daerah China Town di Singapura, yang terletak tidak jauh dari Arabian Street, di sebuah sudut jalan terdapat banyak sekali becak yang menunggu calon penumpang. Mereka biasanya tamu dari mancanegara yang ingin menyusuri dan berkeliling di sekitar China Town tersebut. Secara umum, bentuk becak di sini hampir mirip dengan becak yang ada di Indonesia, yang membedakan adalah pengemudi becak menggunakan sepeda roda dua di samping becak dan terdapat alunan musik.
Setelah menunggu di sana sekitar 10 menit, sambil berfoto di atas becak ala Singapura, tak lama kemudian datanglah rombongan wisatawan dari mancanegara yang hendak naik becak. Mereka tampak antusias serta gembira dan beberapa diantaranya mengabadikan foto dirinya bersama pengemudi becak di siang hari yang terik.
Tampaknya kini keberadaan becak sudah semakin langka di beberapa negara, terlihat dari antusias pengunjung “Images of Singapore”, di Sentosa Island. Gambaran dalam bentuk diorama tersebut menceritakan asal mula, perkembangan, multi etnik dan kebudayaan negara Singapura. Sebuah becak yang dipajang di sana menjadi sasaran turis untuk berpose sambil naik becak.
Di negara China dan Jepang, penarik becak berada di depan, berbeda dengan becak di Indonesia yang umumnya dikemudikan dari belakang. Cara mengemudikan dengan cara mengayuh. Becak di Jepang, biasanya berada di daerah pariwisata seperti di Kiyomizu-dera, Kyoto dan Asakusa, Tokyo. Kendaraan tradisional ini rupanya cukup diminati para turis.
Becak telah dilarang di Jakarta pada akhir dasawarsa tahun 1980-an. Pendapat yang kontra terhadap becak mengatakan bahwa becak merupakan eksploitasi manusia atas manusia. Pengemudi mengeluarkan tenaga yang cukup banyak saat mengayuh becak, selain becak juga terlihat kurang layak di ibukota. Kini keberadaan becak digantikan oleh bajaj dan kancil (mirip dengan bajaj, tetapi bentuknya menyerupai mobil mini) dan biasanya beroperasi di daerah perumahan.
Bagi yang pro terhadap keberadaan becak, bahwa becak merupakan moda transportasi yang ramah lingkungan karena tidak menyebabkan polusi udara dan tidak bising. Becak juga menjadi daya tarik bagi wisatawan dan dapat menciptakan lapangan pekerjaan di daerah yang tingkat penganggurannya cukup tinggi.
Becak di Yogyakarta
Pengalaman lainnya ketika berada di Yogyakarta. Kebetulan penugasan kali ini tidak terlalu berat sehingga pada pukul 7 malam kami telah berada di hotel. Rekan kerja saya senang pergi ke jalan Malioboro. Selama sepekan berada di Yogyakarta, hampir 3-4 kali, kami menghabiskan malam di jalan Malioboro sambil makan dengan cara lesehan. Tak lupa hunting aneka pernak-pernik yang dijual di Malioboro. Setiap kali ke sana, kami naik becak yang berjejer di depan hotel.
Ada pengalaman menarik ketika naik becak di Malioboro. Sepulang dari jalan Malioboro, saat itu malam sudah agak larut, sekitar pukul 11 malam. Seperti pada hari-hari sebelumnya, kami pun naik becak tanpa rasa kuatir. Kali ini jalan yang dilalui oleh pengemudi becak saat pergi ataupun perjalanan pulang berbeda dari hari sebelumnya. Becak melewati jalan yang menanjak dan tempatnya sepi. Saya dan rekan kerja pun saling berpandangan sambil berdoa, mudah-mudahan tidak terjadi sesuatu yang tidak dikehendaki. Rupanya becak melewati pasar yang menjual bunga, kami pun saling berdiam diri di becak, tanpa mempunyai keinginan untuk bertanya kepada pengemudi becak. Akhirnya kami berdua sampai di hotel dengan selamat, dan keesokan harinya kami kembali ke Malioboro naik becak. Kalau dipikir-pikir, rasanya agak nekad juga, ya, berdua dengan rekan cewek berkeliaran di malam hari naik becak pula di jaman sekarang.
Penataan becak di Yogyakarta sangat baik. Dinas Perhubungan Yogyakarta mewajibkan  pengemudi mendaftarkan becak dan andong untuk memperoleh surat izin operasional kendaraan tidak bermotor. Becak dan andong akan diberikan plat nomor dengan masa berlaku tiga tahun. Tujuannya bukan untuk memungut pajak tetapi untuk mendata jumlah becak dan andong dan mengatur agar tidak terjadi kemacetan di beberapa ruas jalan, akibat jumlah becak yang berlebihan.
Saat berada di Makassar, saya bersama rekan kerja pun kerap menggunakan jasa becak ketika  ingin makan malam. Bentuk becaknya lebih ramping dibandingkan dengan bentuk becak yang berada di tanah Jawa.
Nostalgia masa kecil naik becak dan ingin mempunyai pengalaman naik berbagai jenis becak, membuatku hampir setiap kali kunjungan di beberapa kota di Indonesia, Jawa, Banjarmasin dan Nangroe Aceh Darussalam, saya menyempatkan diri untuk naik becak. Meskipun hanya satu atau dua kali naik becak selama berada di kota tersebut, saya cukup puas. Saat penugasan di kantor klien, kami biasanya menggunaka jasa antar jemput dari hotel ke kantor klien.
Kini di beberapa lokasi wisata seperti Ragunan, Taman Mini Indonesia Indah dan Taman Buah Mekar Sari, terdapat becak-becak mungil yang dapat disewa oleh pengunjung anak-anak, dan terlihat begitu gembiranya anak-anak ketika mereka bergantian sebagai pengemudi dan penumpang becak.

Becak adalah kendaraan tradisional beroda tiga yang ramah lingkungan, menjadi pengemudi becak bukanlah suatu profesi yang dibanggakan, bahkan beberapa pengemudi terpaksa menjalani profesi ini demi menghidupi keluarganya dari tetesan keringat mengayuh becak, tanpa mempedulikan teriknya matahari dan dinginnya udara malam, hasil jerih payah mengayuh becak, koin demi koin yang dikumpulkan, beberapa pengemudi becak dapat menyekolahkan anak-anaknya ke jenjang pendidikan yang tinggi.
Becak juga menjadi sumber inspirasi bagi pelukis dan seniman, sablon gambar becak pada kaos, aneka souvenir berbentuk becak dalam berbagai ukuran yang terbuat dari kayu dan perak, dan becak dapat menjadi andalan sektor pariwisata, jika dikelola dengan baik.
Keberadaan becak di beberapa daerah pun telah digantikan dengan moda transportasi yang lebih modern, dan sepuluh atau dua puluh tahun mendatang, masih adakah becak di Indonesia? [detik.com]

0 comments:

Post a Comment