Kapan Mimpi jadi Nyata di NKRI
Pemilik  YouTube, Google, berniat merombak tampilan dan konten laman tersebut.  Dana US$ 100 juta atau sekitar Rp 890 miliar akan digelontorkan ke  YouTube supaya penyedia konten video gratis ini bisa bersaing dengan  Netflix, Hulu, Amazon, dan jaringan televisi kabel. Menurut sumber yang  dikutip Wall Street Journal, YouTube akan membuat beberapa kanal yang  khusus memuat konten-konten video yang dibuat secara profesional.
Petinggi  YouTube mengatakan, "Kami ingin orang-orang menonton video YouTube  layaknya mereka menikmati acara televisi." YouTube juga tengah merayu  para pemegang lisensi film dan acara televisi yang laris manis supaya  bersedia memajang videonya pada laman mereka. Yang membuat negosiasi ini  agak alot adalah model bisnis YouTube. Mereka tak memasang harga bagi  penikmat video. YouTube mengandalkan pendapatan dari iklan Internet.
Di  Indonesia, televisi Internet memang hal baru. Pilihan konten video   lokal pun tidak banyak. Netflix, Amazon Instant, serta Hulu hanya bisa   diakses di Amerika Serikat dan Kanada. Koneksi Internet masih jadi   persoalan di negeri ini. "Biasanya kita memang tertinggal tiga atau   empat tahun," kata Pemimpin Redaksi Detik.com Budiono Darsono. Sembari   menunggu harga televisi Internet turun dan koneksi Internet semakin   kencang, Detik.com sudah berancang-ancang.
Sejak  dua  tahun lalu, mereka membuat DetikTV-tv.detik.com, yang memuat   video-video berita. "Sekarang rata-rata baru empat atau lima berita per   hari," kata Budiono. Itu pun dengan kualitas gambar masih pas-pasan.   Terkadang malah hanya berupa rekaman menggunakan kamera ponsel. Walaupun   kualitas gambar masih pas-pasan, jumlah pengunjung DetikTV sudah   lumayan. "Waktu video Norman kemarin bisa menembus 900 ribu kali klik,"   Budiono terbahak. Menurut dia, Detik sedang membicarakan kerja sama   dengan rumah produksi untuk membuat konten-konten di DetikTV lebih   bervariasi dengan kualitas gambar lebih bening.
Sejumlah   perusahaan besar, seperti PT Telekomunikasi Indonesia dan Media   Nusantara Citra, jauh-jauh hari sudah melirik tren televisi Internet   ini. Keduanya telah mengajukan izin layanan televisi berbasis protokol   Internet (IPTV). "Pemberian izin IPTV untuk Telkom tinggal soal waktu   saja," kata juru bicara Kementerian Komunikasi dan Informatika, Gatot S.   Dewa Broto. Izin IPTV untuk Media Nusantara, yang sudah memiliki RCTI,   MNC TV, dan Global TV, terganjal karena tidak memiliki layanan  berbasis  kabel.
Menurut  Gatot, kecepatan koneksi  Internet di negeri ini memang masih menjadi  persoalan. Namun, jika  silang pendapat soal koneksi Internet kecepatan  tinggi (dengan  teknologi Wi-MAX ataupun Long Term Evolution) usai,  menurut dia, konten  yang bisa dikirim akan jauh lebih berkualitas dan  bervariasi.  Barangkali pada saat itu akan segera muncul Netflix, Hulu,  atau  Dailymotion versi Indonesia. [Courtesy TEMPO.com]







0 comments:
Post a Comment