Roma 8:28 "Kita tahu sekarang bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi DIA.." Bagi saya pribadi, ini adalah ayat misterius yang berusaha meyakinkan kita bahwa di atas segala ketidakmengertian kita, Allah merancangkan sesuatu yang indah, tidak pernah yang buruk, apapun yang terjadi dalam hidup kita. Hanya yang indah. Ayat ini tidak menerangkan bagaimana, juga tidak berusaha memberi pembelaan logis tentang keadilan Allah. Ayat ini hanya berusaha meyakinkan kita bahwa cinta Allah melampaui pengertian kita.
Mimpi-mimpi kita yang hancur, kepedihan dan penderitaan kita bukanlah keping-keping yang terjadi sia-sia dalam kehidupan kita. Allah memonitor hidup kita dan tidak lalailah Dia. Kepingan mimpi yang hancur itu adalah bagian rencanaNya yang besar. Kekecewaan dan penderitaan kita adalah bagian dari mimpi yang besar, karena Allah bermimpi supaya kita memiliki satu mimpi. Yaitu mimpi untuk bergaul dan mengenal Dia. Itulah mimpi yang tertinggi dan teragung dan terutama bagi umat manusia. Dan Dia mengizinkan segala kepedihan (dalam misteri yang tidak akan pernah kita pahami) terjadi, agar kita mengalihkan mata kita pada mimpi yang tertinggi dan ingat bahwa tempat ini cuma sementara. Dia menahan rindu luar biasa menanti saat kita bersatu denganNya kelak, di mana mimpi kita yang tertinggi akan dipuaskan.
Kadang kala, peluklah penderitaan itu. Jika itu memurnikan kita dan membawa kita kepada mimpi tertinggi. Jika kita tahu kesementaraan di dunia tidak ada artinya dengan Pribadi Allah. Jika kita tahu bahwa bahkan sekalipun daging dan hati kita habis lenyap, gunung batu dan warisan kita ialah Allah sendiri. Di atas mimpi-mimpi kita yang hancur, ketahuilah ada mimpi yang tertinggi.
Akhirnya setelah menulis sekian panjang, saya juga tidak mengajukan jawaban akan teka teki teodise ini. Saya cuma membawa pesan seperti Kristus ketika Dia disodori teka-teki teodise ini. “Salah siapa orang ini buta sejak lahir?”. Kristus menyembuhkan dan berkata, “Bukan salah siapa-siapa, lihatlah sekarang Allah dimuliakan..” Allah dimuliakan mungkin tidak lewat penyakit kita yang sembuh, tetapi lewat karakter kita yang dimurnikan. Mungkin duri dalam daging kita tidak pernah dicabut sampai mati, tetapi kerendahan hati kita dilatih dan disempurnakan saat kita masuk pintu sorga.
Sungguh melelahkan dan sia-sia untuk mencari jawab mengapa Aku menderita. Allah memberi kesempatan pada kita untuk bergaul dan memuliakan Dia lewat kekecewaan, penderitaan dan keperihan kita. Itulah mimpiNya dan mimpi kita yang tertinggi. Bergaul dengan Dia.
Anda dan saya sedang belajar, sedang saling memotivasi, saling menguatkan satu dengan yang lain. Itu lah esensi hidup yang berbagi; bisa lewat "pergaulan dunia nyata atau maya seperti via Webblog atau Facebook".
0 comments:
Post a Comment